Hal Yang Gw Gak Suka Dari Konsep Red Flag & Green Flag

Ceritanya lo lagi nongkrong di suatu cafe di daerah Senayan Jakarta Selatan, terus temen lo dateng, lo diri, kasih tos ke temen lo ini, abis itu duduk. Kalian lanjut ngobrolin keseharian kalian. Bos galak toxic yang tatarin kerjaan lo mulu, cerita liburan temen lo ini dari Hong Kong, berita soal si Benny yang baru aja nikah sama pacarnya yang udah dari SMP, semuanya diomongin. Terus yang biasanya bikin paling asik : kabar progress dating dia sama salah satu kenalannya ini.

“Lo mau lanjut jadian sama dia atau nggak?”

“Nggak ah, dia orangnya red flag banget!”

Terus lo bingung sendiri sama temen lo ini. “Lah, emang kenapa dia red flag?”. Muncul lah berbagai alasan dari temen lo.

Kadang yang masuk akal ada, seperti :

  • Dia galak sama pelayan
  • Dia berusaha ngelucu mulu padahal udah jelas gak lucu
  • Dia ngomonginnya soal diri dia sendiri mulu
  • Dia keseringan ngomongin mantannya
  • Dia gak tau cara ngatur duit
  • dsb.

Tapi lama-kelamaan, mulai muncul yang kurang masuk akal

  • Dia lebih sering ngomongin soal game daripada soal bisnis atau apaan
  • Dia kalau makan berantakan
  • Dia planga-plongo pas ngajak ngobrol
  • Dia kelihatan gak deket sama keluarganya
  • Dsb.

Ini adalah skenario yang sebenarnya paling umum ketika kita ngobrol sama orang yang lagi nge-date. Well, kita gak bisa ngejudge pemikiran temen kita. Kalau temen kita itu pria/wanita karir yang punya tiga kerjaan ketemu dan pacaran sama orang yang kesehariannya main game mulu, mungkin iya, ini akan kurang masuk akal. Tapi terkadang, secara pribadi gw lebih heran sama pendefinisian segala alasan itu sebagai red flag

“Emang kenapa sih bi? Itu kan perkara penamaan doang”

Okay, penamaan doang. Tapi coba deh, perhatiin. Balik lagi ke skenario tadi, mungkin lo akan coba nanya

“Emang kalau yang green flag buat lo apa?”

Kalau lo pernah nanyain itu, terutama ke lawan jenis (gw ambil scenario cewek ya), jawaban mereka menurut gw biasanya lebih gak masuk akal lagi daripada red flag mereka

  • Dia orangnya lucu, sering bikin gue ketawa
  • Dia orangnya sefrekuensi sama gw
  • Dia orangnya pendengar yang baik, kalau gw ngomong gak dijudge
  • Gw nyaman aja gitu sama dia

Coba deh bayangin. Gimana caranya kita, mau itu cowok atau cewek, bisa perhatiin perihal yang abstrak seperti sefrekuensi atau nyaman? Gw pernah punya temen, dia waktu itu pernah cerita kalau dia itu gak mau nyari cowok perokok yang nakal dan suka jalan clubbing kesana-sini, hal yang kadang orang cap sebagai red flag. Beberapa tahun kemudian dia pacaran sama anak perokok yang kerjanya di luar kota dan sering ngebar sama temen-temennya. Gw tanya aja

“Kok lo bisa sih jadian sama dia? Padahal dia gak sesuai sama preferensi lo?”

Dia jawab :

“Yaa gak tau bi wkwkwkwk”
“Gw nyaman aja gitu sama dia wkwkwkwk”
“Susah juga jelasinnya wkwkwkwk”

Yeah, gw juga susah memahaminya wkwkwk. Apakah karena semua green flag yang gw state di atas? Kalau iya, well, oke, masuk akal. Tapi gimana dia bisa merhatiinnya ditengah segala red flag dia itu? Bingung kan?

Itu yang gw kurang suka dari definisi red flag dan green flag. Green flag itu dirasakan, sementara red flag itu diperhatikan. Green flag itu muncul secara internal dari persepsi pribadi lo terhadap orang yang lo PDKT atau pacarin. Red flag itu muncul secara eksternal dari kelakuan atau kecenderungan orang lain yang diterjemahkan (baca : dijudge) orang sebagai hal yang seharusnya orang itu hindari.

“Green flag itu dirasakan, sementara red flag itu diperhatikan”

– bukan Abi 😛

Apakah itu artinya kita gak boleh punya green flag atau red flag? Bukan, boleh kok.

Gak masalah kalau lo punya suatu preferensi yang ingin lo cari dan hindari…

NAH! Tuh dia kata yang lebih tepat : Preferensi

Kalau lo punya preferensi pribadi soal pasangan yang ideal buat lo seperti apa, itu gapapa. Boleh kok lo mencari seorang laki-laki yang secara finansial udah siap. Gapapa kalau lo mencari seorang perempuan yang lebih seneng ngurus anak di rumah. Bahkan iya, gapapa kalau lo mencari seseorang yang secara fisik dan muka oke buat lo. Tapi kembali lagi, preferensi lo itu beda jauh dengan green flag atau red flag. Menurut gw, Green flag dan red flag itu seharusnya dua ujung spektrum yang secara adil dirasakan di bawah alam sadar kita. Misal

Green flag :

  • Lo nyaman sama dia
  • Lo sefrekuensi sama dia
  • Lo didengar sama dia

Red flag :

  • Lo takut sama dia
  • Lo risih sama dia
  • Lo diabaikan sama dia

Itu semua hal-hal yang lo bisa rasakan, bukan perhatikan. Gini deh, bayangin lo ngomong ke diri lo…

“Kok gw merasa #{insert_flag_here} deh sama dia belakangan ini?

Kalau lo bisa naruh apapun itu di variabel itu dan kalimatnya masih masuk akal, maka itu baru red/green flag.

Itu aja dulu dari gw, dan semoga proses PDKT, pacaran, dan segala macemnya kalian sukses terus ya!

“Green flag dan red flag itu seharusnya dua ujung spektrum yang secara adil dirasakan di bawah alam sadar kita”

– bukan Abi 😛


Posted

in

by

Tags: